Serpihan angin keasingan menerpa ksatria jihad dinegri Indonesia sejak gemuruh hati bergejolak memanaskan sumbu keimanan yang terpancar dari sudut kesedihan tak berujung, menyapu bersih kotoran kehinaan yang terselubung dibalik bingkai kepengecutan dari insane yang tak mempunyai sakit hati melihat camar yang biasa terbang bebas kini tertawan disangkar kezdaliman yang meluluh lantakan sendi kepiluan. Senjata dan belati terganti dengan pena dan kertas kemudian jari-jemari berceloteh menceritakan manisnya garam dan pahitnya madu.
Seonggok tubuh lemas dipapah oleh darah dan air mata menyisakan gumpalan kekecewaan dari desingan suara nyaring yang datang dari kesejukan alam kelalaian. Ujung jari, ujung rambut dan ujung kuku kini merasakan sakitnya sebuah penindasan. Kemudian suara lirih tanpa henti terus memuji sang pemilik Arsy yang agung. Ribuan tabib menawarkan obat mujarab yang diperoleh dari kotoran air sampah yang seolah-olah menyembuhkan, mata tidaklah buta hati tidaklah tertutup rasa tidaklak hilang untuk melihat keasliannya.
Minggu, 12 Desember 2010
Syair Berdarah
Langganan:
Postingan (Atom)